etnik timur.



Lama-kelamaan semakin kuat suara teriakan menyebut nama Engkau, berulang-ulang. Kuarahkan pandanganku ke kaca spion, rupanya serombongan orang berpakaian sewarna sedang konvoi untuk berpawai mengelilingi kota. Keingintahuanku pun reda karena kupikir secara KTP mereka satu keyakinan denganku dan akan kusapa kalau ada yg melihat kepadaku.

Tiba-tiba beberapa motor pendahulu rombongan menyalip kendaraanku dan menunjuk-nunjuk sambil mengacungkan sebilah bambu seolah ingin memukul kendaraan mana saja yang menghalanginya. Matanya melotot dengan galak ke arahku dan berteriak dengan sombongnya: “Minggir…minggir!!!” sambil sesekali berteriak nama Engkau. Dalam hatiku, aku bayar pajak dan taat peraturan. 
Sedangkan mereka tidak mengenakan helem dan tanpa mematuhi rambu-rambu jalan. Kenapa aku yang diseru untuk menyediakan jalan bagi pelanggar hukum? Bisa jadi orang-orang yang dikawalnya juga para pelanggar hukum. Kulihat tokoh utama yang dikawal memakai uniform bergaya dari timur. Oh… pikirku, mungkin tamu yang dikawal adalah tamu spiritual dari negara timur. Tapi sempat sekilas kulihat kaca mobilnya yang terbuka, ah… hidungnya pesek, kulitnya sawomatang, raut mukanya pun lebih mirip kabayan daripada firaun. Lantas apa alasannya menyeruku untuk memberi jalan bagi merka?

Fikiranku pun mulai menerawang, apakah yang mereka junjung itu nama Engkau yang sama dengan sosok nama yang aku cari? Kalau ya, apakah mungkin Engkau yang terkenal Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengajarkan kesombongan untuk melintas di tengah warga yang juga berhak menggunakan jalan? Selanjutnya, apakah aku harus bergabung dengan mereka dan berteriak-teriak nama Engkau sambil berbangga ria dengan kelompok konvoinya? Apakah dengan meneriakan nama Engkau tetapi berlaku sombong pada sekitar akan mendapat reward dari Mu? Sepengetahuanku, kehadiran Mu akan membawa damai bagi siapa saja. Bukan menciptakan ketakutan bagi orang yang belum tahu siapa Engkau.

Tidak mungkin dunia ini berkali-kali muncul para nabi yang senantiasa mengangkat harkat manusia ke tempat yang seharusnya, jika tujuannya untuk membentuk kelompok arogan seperti yang kulihat. Tidak mungkin mereka melawan perbudakan dan penganiayaan atas nama Mu. Mereka selalu mengumandangkan kepada manusia agar menggunakan aturan Mu agar terjadi keseimbangan dalam kehidupan yang azasi. Walaupun mereka dicaci, dihina, dianiaya, diludahi oleh lawan mereka yang terdiri dari kelompok-kelompok yang memperalat nama Mu.

Permusuhan antara Musa dan pengikutnya, melawan Firaun dengan kelompoknya disebabkan perbedaan intepretasi akan prinsip-prinsip yang Engkau ajarkan. Musa memahami prinsip yang Engkau ajarkan di bawah bimbingan Mu, sedangkan Firaun memahaminya dengan konsep kekinian, konsep pemahaman yang bersandarkan kepada kepentingan manusia disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan zaman, bukan pada kepentingan Mu yang tak berubah dimakan zaman.

Musa mengajak manusia untuk taat kepada aturan Mu, sedangkan lawannya justru mengandalkan aturan yang dibuat oleh manusia sendiri. Manusia tidak bisa mengatur manusia. Ciptaan tidak bisa mengatur ciptaan. Yang berhak mengatur ciptaan adalah Sang Pencipta. Jika manusia membuat aturan untuk mengatur manusia lain, maka aturan itu akan menguntungkan golongan pembuat aturan dan akan menganiaya hak golongan lain. Aku baca dari kitab-kitab bahwa Engkau membenci hidup bergolong-golongan. Karena sampai kapanpun hidup bergolong-golongan itu akan menciptakan eksklusifisme, tebang pilih yang menguntungkan golongan pembuat aturan. Bukan kepada sebuah kehidupan yang integral dan tanpa pandangbulu bagi pengadilan setiap penyimpangan.

Tidak mungkin! Engkau bukan ada disana. Engkau tidak pernah mengajarkan kesombongan pada siapapun, walau kepada diri sendiri. Engkau tidak pernah mengajarkan kekerasan untuk mengharumkan nama Mu di tengah lingkungan. Engkau tak kan turun memberi restu bagi sekelompok orang tertentu, sementara mereka sendiri berbuat aniaya kepada manusia lain. Karena menurut referensi kitab yang kubaca, sifat-sifat mu amatlah pengasih dan penyayang. Engkau tidak akan menganiaya satu makhluk terkecilpun dalam alam semesta. Engkau akan memelihara mereka, membesarkan, melindungi, mengayomi, dan menebarkan kebaikan bagi ciptaanmu. Bukakah manusia harus serupa dengan gambaran diri Mu? Bukankah manusia adalah penyembung lidah Mu? 
Bukankah manusia harus menyamakan visi dan misi menjadi alat Mu di muka bumi?



Pada malam harinya aku mengalami sebuah mimpi dalam tidur. Pada mimpi itu aku sedang berjalan mendaki ke sebuah gunung yang dipenuhi pepohonan hijau. Terus ku berjalan mendaki tanpa kenal lelah, hingga pendakianku terhenti dikala ada sebuah sinar yang amat terang. Aku terkesima dan memperhatikan sumber cahaya itu. Tapi cahaya itu tidak terlihat pangkalnya, ia begitu saja menyeruak dari ufuk tak berbatas.

Kemudian sinar itu seolah membawaku melayang ke udara, terus menarik badanku sepertinya ke arah sumber cahaya. Aku merasa silau sekali, sangat silau. Hingga aku tak bisa membedakan mana hitam mana putih. Yang ada hanyalah ruang tak terbatas tanpa noktah.

Pagi harinya aku merenungkan mimpiku tadi: Mungkinkah mimpi itu memperlihatkan siapa Engkau? Atau setidaknya menunjukan keberadaan Engkau? Intuisikupun tak cukup sampai disitu, aku bergegas untuk berkunjung ke rumah seorang bapak tua di sebuah rumah beratap rumbia yang kuanggap bijak untuk menanyakan perihal mimpiku tadi. Untuk menghindari jawaban yang subyektif, awalnya aku meminta penjelasan padanya tentang siapa dan apa itu Engkau.

Setelah bicara ala kadarnya, masuklah aku ke pembicaraan utama dan menanyakan hal tadi. Menurutnya, Engkau adalah Sang Maha Pencipta yang tidak kasat mata, tidak bisa dirasa indera, tanpa rupa-tanpa bentuk, tetapi dapat dirasakan kehadiran dan kuasanya. “Seperti apa itu pak”, demikian sergahku. “Seperti listrik. Ia dapat membuat lampu hidup, membuat radio berbunyi, tapi tidak ada yang bisa melihat apa bentuk listrik itu. Jadi tak bisa dilihat tetapi dapat dirasakan kehadirannya” Jawabnya.

Sejenak aku menggosok-gosok daguku berusaha memahami jawaban tadi ke fikiranku. Hmmm… masuk logika juga penjelasannya, gumam dalam hatiku.

Lantas aku menceritakan bahwa akhir-akhir ini aku sedang mencari tentang siapa-apa-dimana Engkau. Dan juga tentang mimpiku semalam yang memperlihatkan sebuah sinar terang, apakah itu Engkau.

Dengan tenangnya ia menjawab: “Dik, untuk memahami siapa-apa-dimana Dia, adik tidak bisa menelusurinya dengan perasaan pribadi yang cenderung akan bermuara kepada penilaian subyektif. Dia ada karena dirasakan sifat-sifat Nya. Sifat-sifat Nya bekerja pada segala sesuatu, baik di bumi maupun di langit dan di segala ruang dan waktu . 
Dimanapun kita melemparkan pandangan, maka akan kita lihat Dia. Dimanapun kita berada, maka Dia selalu ada”

“Apa maksud kita dapat melihat Nya dimana saja pak?.” Tanya saya lagi dengan serius.

Bapak itu melanjutkan “Jika kita menengadah ke atas dan melihat burung berterbangan, disana Dia ada sedang bekerja menahan burung dari gayatarik bumi dengan sayap yang mengepak sehingga tidak jatuh kebumi.

Ketika kita melihat hujan yang turun ke bumi, berarti Dia sedang bekerja mengkondensasi awan dari uap menjadi benda cair, sehingga air itu menjadi hujan yang turun ke bumi.

Ketika melihat halilintar menyambar bumi, itu berarti Dia sedang mempertemukan ion bermuatan positif dan negatif yang terkandung dalam awan, sehingga terjadilah percikan listrik yang akan menyambar benda yang paling tinggi di atas permukaan bumi.
Dia tidak pernah sedetikpun berhenti bekerja dan tidak pernah mengantuk. Artinya, tidak ada satu bendapun di alam semesta ini yang tidak tunduk pada hukum-hukum untuk dapat wujud menjadi sebuah makhluk. Kapanpun dan dimanapun.

Dia ada pada segala sesuatu, bahkan Dia ada di dalam diri kita sendiri secara fisik. Karena tubuh kita adalah organisme biologis yang teramat sempurna. Tubuh kita adalah prototype tentang bagaimana Dia mengajarkan manusia untuk hidup secara integral, menjadi komunitas yang harus menyatu dalam bekerja dan menangani setiap persoalan.

Coba jika kaki adik tersandung batu kemudian infeksi, semua anggota tubuh pasti ikut merasakan dan ikut menyembuhkan luka. Pangkal paha akan terasa sakit, kaki menjadi pincang, kadang kepala menjadi pusing, tidurpun ikut tak nyenyak. Semua itu adalah perhatian seluruh anggota tubuh untuk ikut menyembuhkan luka tersebut. Jadi ada semacam “Daya Koreksi Otomatis” di dalam tubuh untuk dapat mengantisipasi segala gangguan yang terjadi pada setiap sel tubuh, ia di kontrol oleh organ yang bernama Otak. Maka jika otaknya sakit, sakit pula tubuhnya. Jika otaknya baik, maka baik pula tubuhnya.”

Lama aku terdiam, pandanganku tetunduk sambil menopangkan dua tanganku pada dua sisi telingaku untuk merenungi jawaban bapak yang menusuk pertanyaanku tentang Engkau.

Dan ketika aku mulai menengadahkan kepala…. ternyata bapak itu sudah menghilang dari hadapanku. Dadaku mulai berdegup kencang. Aku tengok ke kanan dan kekiri, ternyata bapak itu tidak ada. Di luar hujan gerimis mulai turun menambah cekaman suasana.

Wah…Pikirku, jangan-jangan bapak itu adalah salah satu makhluk yang kubaca dikomik-komik misteri…. Makhluk halus atau malaikat begitu…. Aku berdiri sambil celingak-celinguk mencari dimana bapak itu sambil memanggil pelan…”pak… bapak dimana…” Sementara bulu kudukku mulai bangun dikompori cerita horor yang kubaca.

Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk pundakku, dan berkata: “KENAPA DIK CARI SAYA?” Ya ampun… aku kaget bukan buatan, ternyata bapak itu muncul dari balik pintu sambil memegang nampan membawa dua gelas teh hangat untuk diminum.

“Maaf pak saya jadi kaget, saya pikir bapak menghilang begitu saja..” jawabku.

“Maksud adik saya hantu? Ha ha ha…. Itulah dik sebagaimana yang saya katakan tadi. Jika kita menanggapi segala sesuatu dengan perasaan atau emosi, maka kita akan memahaminya dengan kacamata perasaan masing-masing. Begitu pula jika kita memahami Dia dengan perasaan, kita akan larut dengan sebuah cerita yang kita sendiri tidak dapat membuktikan kebenarannya…” Kata bapak itu.

Bapak itu seolah tahu apa yang ada dalam benakku yang akan kutanyakan tentang sinar yang ada dalam mimpiku. Tapi agar tak penasaran, kutanyakan juga: “Kalau begitu pak, sinar yang saya lihat itu dalam mimpi artinya……”
Bapak itu menjawab: “Ha ha ha …”









Di tengah malam sunyi senyap, aku terbangun untuk merenung tentang keberadaan Engkau. Aku melakukan devosi untuk menyamakan frekuensi tubuhku dan kesadaranku terhadap Engkau. Aku melarutkan diri dalam atmosfir yang Engkau perintahkan untuk mendapatkan kekhusukan dengan segenap daya nalarku.

Engkau menciptakan alam semesta beserta isinya selalu mengacu kepada prinsip keseimbangan. Air diciptakan sebagai makhluk yang taat pada prinsip keseimbangan. 
Selama di bumi, air akan selalu mencari titik terendah dari posisinya. Setiap benda akan jatuh ke bumi jika dilempar ke udara. Begitu pula dengan air laut dan danau yang akan menguap ke udara dan akan menciptakan awan untuk turun kembali dalam wujud hujan yang akan membasahi bumi. Bumi akan disiplin mengitari matahari sebagai pusat peredarannya, begitupula dengan planet-planet lain sebagai anggota dari tatasurya. Itulah keseimbangan.

Perilaku yang dijalankan oleh anggota alam semesta memberi sebuah pelajaran, bahwa mereka sedang taat pada sebuah aturan yang direka oleh Engkau. Suka atau terpaksa, Bumi akan tetap mengitari matahari sebagai bukti ketaatannya. 
Jika tidak, maka bumi akan hancur bertabrakan dengan planet atau benda langit yang lain.

Ketaatan benda-benda dalam alam semesta sesungguhnya harus ditiru oleh manusia sebagai sentral penciptaan. Karena penciptaan dan pengaturan alam semesta sesungguhnya sebangun dengan penciptaan dan pengaturan komunitas manusia. Bahwa komunitas manusia pun harus hidup berdasarkan prinsip keseimbangan. Pencurian, Pembunuhan, Perzinahan, Korupsi, Pendustaan, adalah perbuatan yang mencoba mengganggu keseimbangan pada komunitas manusia. Demikianpula dengan pola hidup bergolong-golongan, ia hanya akan menghasilkan kebenaran yang berlaku bagi sebagian golongan saja, sementara kebenaran itu belum tentu dapat dijadikan standar bagi golongan lainnya yang juga memiliki visi berbeda dalam mengatur golongannya.

Bukankah Engkau pernah berpesan bahwa pola hidup bergolongan itu adalah perbuatan yang sangat Engkau benci. Bukankah Engkau selalu mengajarkan kepada Utusan Mu untuk menghimpun manusia yang beragam ini ke dalam satu visi hidup yang integral, tidak diarahkan kepada kebanggaan akan dalam golongan-golongan dalam hidup.

Jika pola hidup bergolongan yang berlaku, maka misi yang Engkau titipkan kepada manusia untuk tunduk kepada satu komando akan sirna. Seluruh para Nabi dan Rasul -sebagai manusia yang dipilihnya- mengajak manusia masal untuk bersatu untuk mengabdi kepada Mu, bukan dikotak-kotakkan atas dasar berbagai kepentingan.

Kini aku sadar apakah Engkau.

Engkau adalah sebuah Maha Daya yang mengatur makhluk-makhluk Mu agar memiliki tujuan bagi ketaatan kepada Mu. Engkau adalah Kekuatan multi-dimensi yang bekerja pada setiap makhluk. Engkau adalah sistim hidup yang dapat mengontrol dan mengkoreksi setiap penyimpangan menuju keseimbangan. Engkau adalah Maha Daya yang tak pernah kenal lelah dalam merawat dan mengatur setiap atom pada makhluk, dan Engkaulah sistim hidup yang dapat mengawasi dan mengembalikan segala sesuatu pada tempatnya.

Kini aku sadar siapa Engkau.

Engkau adalah yang mengatur bintang gemintang berpendar memancarkan energi kepada segala benda disekitarnya. Engkau adalah yang memelihara tumbuh-tumbuhan memenuhi bumi menjadi hamparan yang hijau. Engkau adalah yang menciptakan dan merawat segala makhluk di jagat raya ini. Dan Engkau adalah yang senantiasa menjaga keharmonisan hubungan antara setiap benda menjadi satu derap menuju ketaatan kepada Mu di atas prinsip keseimbangan.

Engkau tidak mengajarkan makhluk Mu untuk mengatur makhluk lain menurut caranya sendiri, karena itu hanya akan mendatangkan kesusahan bagi makhluk di sekitarnya. Engkau tidak memberikan keleluasaan bagi adanya kebenaran yang direka atas dasar kepentingan manusia, karena keberadaan manusia sesungguhnya untuk mewujudkan kepentinganmu dalam menyatukan dunia dan jagat raya dalam satu komando Mu. Engkau membenci pola hidup bergolong-golongan yang akan menepis aturan dasar hidup, karena hidup di dalamnya hanya akan memunculkan perpecahan pada setiap sendi kehidupan.

Dengan perpecahan, makhluk yang Engkau ciptakan akan menjadi saling merasa benar, merasa dapat hidup sendiri, merasa memiliki kuasa menggantikan posisi Mu sebagai Maha Pengatur. Dan dengan perpecahan akan menciptakan kecintaan baru selain Engkau. Harta-Tahta-Wanita-Pengakuan, adalah kecintaan lain yang dituju oleh manusia secara sadar maupun tidak. Sedang Engkau berkali-kali memerintahkan agar tidak menjadikan kecintaan lain selain kepada Engkau, meskipun itu adalah kecintaan pada diri sendiri.

Dan kini aku sadar ada dimana Engkau:

Engkau ada dan bekerja di setiap makhluk. Ketika kulihat tupai melompat, disitulah Engkau ada. Ketika Pelepah kelapa jatuh kebumi, disitulah Engkau bekerja. Ketika kulihat angin bertiup menggoyangkan pepohonan, Engkau lah yang menghembuskannya.

Disetiap sudut mataku memandang, Engkau ada dan sedang mengawasiku dengan cermat. Aku tak bisa menebang pohon secara serampangan karena itu akan mengganggu prinsip keseimbangan yang telah Engkau ciptakan. Aku tak bisa merusak diriku dengan perilaku amoral karena Engkau ada di dalamnya. Perusakkan itu akan Engkau peringatkan dengan berbagai penyakit baru yang terus bermunculan seiring dengan perusakan baru atas tubuhku.

Engkau ada pada kesadaran manusia-manusia yang sudah dapat mencapai frekuensi Mu. Engkau akan menjadi motor bagi manusia-manusia itu. Engkau akan menggerakan tangannya, kakinya, ucapannya, kesadarannya, dan seluruh aktifitasnya untuk mewujudkan amanah Mu di muka bumi. Engkau akan menyatukan manusia-manusia itu menjadi satu dalam sebuah ikatan kepada Mu, untuk bekerja menjadi punggawa Mu sebagai satu-satunya raja yang menguasai setiap sudut kehidupan manusia. Karena Engkau memiliki Tradisi yang tidak dapat dijegal oleh siapapun. Sebuah tradisi yang akan mengkoreksi keterpurukan peradaban, serta mengembalikan singgasana Mu untuk mengatur komunitas manusia di muka bumi.

Maka manusia-manusia yang mengimanimu akan berlaku adil, tidak akan menganiaya satu makhlukpun meskipun kepada seekor belalang, tidak akan bercokol kerakusan demi memuaskan hasrat duniawi yang semu. 
Materi adalah sarana untuk mencintai Mu, untuk bekerja bagi kepentingan Mu. Engkau akan menjadi desah nafas orang-orang yang mengimani Mu, Engkau ada dalam tiap denyut nadi. Dan Engkau akan memberikan kekuatan bagi alat-alat Mu dalam menggelar karpet merah menyambut kehadiran Mu untuk mengatur manusia di muka bumi.
------0O0--------




Tidak ada komentar:

Posting Komentar