06 April, 2013

BINTANG-BINTANG SEBAGAI PENUNJUK JALAN



Dikala malam gelap gulita tanpa adanya penerangan dan kompas, hanya ada satu penunjuk arah bagi pengembara di laut dan darat yang sangat diandalkan. Ia adalah bintang-bintang yang terhampar bagaikan selaksa permata indah menghiasi langit. Bintang-bintang menemani mereka untuk membimbing ke tempat tujuan, dan meneguhkan arah jalan pulang dengan selamat. Bintang-bintang menjadi rekan yang paling setia dalam kelamnya malam, walau tanpa cahaya matahari yang biasa menerangi aktifitas kehidupan di siang hari.

Bintang-bintang juga dipakai untuk menentukan cuaca dan iklim yang akan berlaku. Ia menjadi patokan bagi para petani untuk menentukan musim panen, berbuah, dan musim tanam, sehingga mereka dapat mengatur persediaan yang tepat bagi keperluan agrobisnisnya. Dapat mengetahui kapan ternaknya berkembang biak. Dan memahami saat yang tepat untuk melaksanakan perhelatan akbar.

Tanpa bintang-bintang, para pengembara bisa tersesat dalam mengambil arah perjalanan. Tanpa bintang-bintang mereka akan berjalan dalam kebutaan, menabrak apa saja di depannya, menginjak benda-benda yang tidak dilihatnya, merangsek masuk ke dalam kubangan tanpa terukur kedalamannya. Padahal ada banyak bahaya mengancam tiap langkah yang harus dicermati agar mereka tidak terprosok dalam kesulitan di depan matanya.

Hari ini manusia berjalan dalam malam gelap-gulita, tanpa penerangan secercahpun, tanpa adanya pegangan, tetapi berlari dengan segera untuk mencapai tujuan. Walhasil, ini menimbulkan berbagai ketimpangan, kelalaian yang mengakibatkan kerugian. Menimbulkan frustrasi psychologys dengan menempuh jalan pintas untuk mencapai jawaban. Padahal jalan pintas itu penuh dengan lubang dan ular berbisa yang siap menyengat bagi yang tak waspada.

Bintang-bintang yang diharapkan dapat memberi terang akan jawaban itu belum terlihat. Ia masih tertutup awan hitam egosentris manusia. Kehadirannya dihalangi oleh hiruk-pikuknya idiologi-idiologi kultus yang saling mengklaim paling benar, saling bangga terhadap golongannya masing-masing, mengkotak-kotakan manusia ke arah eksklusifisme dengan iming-iming janji palsu. Padahal pengkotakan itu sudah berulang kali terbukti hanya akan membawa kesengsaraan. Tetapi masih saja diharapkan untuk dapat memenuhi hasrat materialistik berjuta manusia yang ada di dalamnya. Sungguh sayang, sedikit sekali manusia mengambil pelajaran.

Hari ini bangsa kita butuh bintang-bintang yang dapat menerangi jalan kehidupan yang semakin samar. Yang dapat memperjelas ke arah mana sesungguhnya bangsa ini harus berjalan. Sehingga bangsa ini akan tertuntun dengan baik ke jalan yang benar, jalan kehidupan yang dicari oleh setiap manusia.

Bangsa ini membutuhkan bintang-bintang yang bukan datang dari ajaran keserakahan, bukan muncul karena kebutuhan pengakuan (esteem needs), tetapi ia muncul murni untuk menerangi jagat moral bangsa yang sudah menunjukan tanda-tanda ke arah kerusakan fatal. Sebuah kerusakan peradaban yang tidak terdeteksi disebabkan semakin hitamnya awan yang menutupi munculnya bintang-bintang yang terang. Disebabkan kesombongan konsep pribadi dan golongannya yang merasa bisa memberikan jawaban permasalahan bangsa secara kumulatif. Padahal konsep itu belum teruji kesejatiannya, bahkan sejarah membuktikannya sebagai konsep yang cacat dan tidak pernah dapat menyelesaikan masalah dengan tuntas.

Semoga kerusakan itu tidak akan terjadi, dan bintang-bintang itu segera muncul untuk memberikan arah bangsa ini untuk pulang dengan selamat. Menerangi akhlak manusia yang sesungguhnya sangat membutuhkan air dari langit bukan air dari bumi. Bintang-bintang itu pasti datang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar