Perilaku manusia sangat
ditentukan oleh apa yang dimakannya. Segala yang dimakan manusia akan
berpengaruh -baik secara biologis maupun psikologis- pada cara dan gaya hidup.
Jika cenderung mengkonsumsi protein hewani, maka tubuh akan memiliki otot dan
lemak seperti hewan yang dimakan. Memiliki tubuh yang kuat karena asupan
protein sebagai bahan bakar kerja tubuh memenuhi keperluan bahkan ada yang
berlebih. Tensi darah cenderung meningkat, pembuluh nadi mulai tertutup oleh
lemak, kerja jantung lebih berat, orang itu akan cenderung emosional dalam
menanggapi segala sesuatu.
Jika cenderung pada sayur-mayur, maka tubuh akan memiliki kulit yang cerah dan
bersih. Aliran darah akan memiliki ronga yang cukup. Tekanan darah akan mulai
menurun, bahkan pada beberapa kasus bisa menyebabkan darah rendah.
Secara psikologis, tubuh dan kejiwaan manusia akan sangat dipengaruhi oleh
keabsahan makanan yang dikonsumsi. Apabila makanan tersebut hasil dari menipu
orang lain, maka setiap butir nasi yang dimakannya akan mengarahkan untuk
membentuk sebuah atmosfir kehidupan yang palsu. Ia akan menghibur anaknya
dengan kepalsuan, ia akan menjawab pertanyaan istrinya -ketika pulang telat-
dengan kepalsuan, ia akan menghibur warganya dengan jargon-jargon kepalsuan
demi mendapatkan pujian dan keamanan posisi, dan ia akan menipu segala Sesuatu
yang bisa ditipu dengan berbagai kulit yang menipu.
Mungkin di dalam hatinya pernah melintas seberkas peringatan bahwa apa yang
dilakukannya adalah salah. Tetapi karena sistim kehidupan dan lingkungannya
memungkinkan serta mendorong untuk melakukan penipuan, maka ia justru akan
mengkoreksi kesalahan dalam cara penipuannya. Ia pun tidak menyadari bahwa
setiap sendok makanan yang diberikan pada anaknya adalah sumbu yang akan
menjadi racun dalam perkembangan kejiwaannya. Apalagi seorang anak akan meniru
perilaku orang tuanya sebagai sosok jati diri keluarga yang dianggap patut
ditiru.
Dan apabila makanan yang diperoleh adalah hasil dari usaha yang legal, tidak
dari hasil menzolimi orang lain, maka apapun makanan yang dikonsumsinya akan
menimbulkan aura kebaikan yang terpancar dari dalam dirinya. Walaupun makanan
yang dapat diperolehnya hanya berupa makanan berlauk sederhana yang hanya cukup
dikonsumsi dalam beberapa hari saja, tetapi itu lebih baik karena akan mendidik
diri dan keluarganya secara lebih manusiawi. Akan menciptakan manusia yang
tidak serakah dan lebih perduli pada sesama.
Secara batiniah, makanan kesadaran manusia adalah prinsip dasar kehidupan dari
Tuhan. Ini adalah roti yang bisa memberi makan lebih dari 5000 orang. Sebuah
roti kehidupan yang tidak habis dimakan zaman, dan ia tidak lekang karena
tarikan kemajuan peradaban. Apabila manusia cinta akan roti jenis ini, maka
manusia akan menjadi wajah Tuhan di muka bumi. Ia akan menjadi cerminan
perilaku Tuhan dalam kapasitasnya sebagai makhluk. Ia akan membawa kedamaian
sebagaimana Tuhan telah mengatur benda2 langit secara damai dan harmonis.
Tetapi apabila roti beragi yang dimakan manusia, maka manusia akan cenderung
mengembangkan prinsip yang diajarkan Tuhan ke arah yang salah. Sebagaimana ragi
yang mengembangkan adonan roti menjadi besar dan menggoda untuk dimakan,
padahal di dalam roti itu tidak ada apa-apanya. Itulah roti beragi yang
ditawarkan oleh orang2 yang memuliakan kehidupan materialistik. Mereka akan
menggembungkan roti agar menggoda orang2 yang melihatnya demi mencapai
keuntungan bagi diri sendiri.
Makanan buruk akan menghasilkan pribadi buruk. Makanan yang baik akan mencetak
manusia yang terpuji. Roti tak beragi adalah lebih baik dibanding yang beragi.
Apa yang engkau makan, itulah yang akan membentuk dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar