Awan kelam negatif tiba-tiba mendatangi dengan
segenap misterinya. Ia bertemu dengan awan kelam lainnya yang bermuatan listrik
positif. Hingga suatu saat perpaduan dua awan yang bermuatan berbeda itu akan
menciptakan kilatan cahaya sebagai efek dari perpaduan muatan listrik yang
berlawanan. Ia akan menciptakan guntur menggelegar, menggetarkan bumi dan
menakutkan orang-orang di bawahnya. GLEGARRR!!!! Demikian suara kuat dihasilkan
oleh kilatan guntur. Berulang kali ia datang menyebabkan Ibu-ibu spontan berteriak
menyambut gelegar suara guntur. Anak-anak kecil lari masuk ke dalam rumah.
Kambing, kucing, anjing, bersegera lari karena ketakutan akan tersambar kilat.
Banyak orang merasa ketakutan dan sedih ketika guntur datang. Orang-orang hamil
di pedesaan umumnya dianjurkan untuk bersembunyi ke bawah tempat tidur, karena
konon suara guntur itu akan memberikan efek kurang baik terhadap kelahiran sang
jabang bayi nanti. Para tukang Es bermuram durja melihat datangnya guntur. Itu
disebabkan ia tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan, sebentar lagi akan
turun air yang menyebabkan urungnya para penikmat es untuk membeli dagangannya,
“Wah rugi deh dagangan saya”. Demikian pula ibu-ibu penjemur pakaian, mereka
akan tergesa-gesa mengemas pakaian yang sedang dijemur agar tidak menjadi basah
kembali terkena hujan.
Tetapi ada orang yang merasa gembira melihat kilatan yang diikuti suara guntur,
mereka adalah para petani. Mereka sadar bahwa dengan datangnya guntur maka
sebentar lagi akan turun air hujan dari langit. Air yang ditunggu oleh
tanaman-tanaman mereka agar mendapatkan pasokan air bagi isi kebun mereka.
Mereka dengan bersiul dan menari mempersiapkan kedatangan hujan dengan membawa
arit dan pacul untuk membersihkan selokan agar air tak terhambat oleh sampah.
Hujan yang akan segera datang juga membuat gembira para tukang gorengan, karena
hujan akan menyebabkan turunnya suhu udara. Ini akan merangsang pelanggannya
untuk membeli dagangannya. “Asiiik… dagangan saya laku, kalau hujan terus bisa
beli motor nih sebentar lagi…”
Guntur adalah sebuah fenomena alam yang muncul sebagai pertanda akan turunnya
air hujan. Ia datang dengan tiba-tiba mengagetkan orang-orang di bawahnya.
Banyak orang akan panik, ketakutan, dan mengambil langkah untuk menghindari
kedatangannya. Tetapi sebagian yang lain merasa gembira menyambut guntur
sebagai pertanda turunnya hujan, menjadi berkah bagi kelangsungan usahanya.
Dalam komunitas manusia, kilatan guntur ini berbentuk sebuah fenomena sosial
yang menakutkan manusia masal. Ia dapat berupa sebuah kilatan kekacauan
disebabkan oleh ketimpangan pemenuhan kebutuhan kesehatan. Pola pikir yang
dipahami masa menjadi sulit diterima ketika dengan semangatnya
berdesak-desakkan hanya untuk mendapatkan celupan batu milik seorang anak kecil
yang didaulat sebagai dukun penyembuh bagi berbagai macam penyakit, walaupun
sang dukun cilik itu ternyata sempat juga dirawat di rumah sakit.
Banyaknya orang yang ingin mengubah garis hidup dengan menjadi Calon Legislatif
dengan di-iming-imingi oleh tim suksesnya sebuah pencapaian paripurna
matrialistik dengan menjadi Caleg. Walhasil mendaftarlah 11.868 Caleg dari
berbagai partai, padahal daya tampung DPR RI hanya 560 orang. Banyak dari
teman-teman saya ikut menjadi Caleg. Teman kuliah, SMA, teman bermain, mereka
semua bernafsu untuk mendapatkan perbaikan hidup dengan menjadi Anggota
Legislatif. Ingin mendapatkan penghormatan lebih dari masyarakat yang
diwakilinya. Padahal jika diteliti lebih cermat, sesungguhnya kompensasi
sebagai Anggota Legislatif itu bukan diperuntukkan untuk menjadi orang kaya
dengan bergelimang kekuasaan. Tetapi Anggota Legislatif itu dipetakan untuk
menjadi wakil dari sekian banyak rakyat, dan bukan untuk menjadi orang kaya.
Karena motif materialistik lah yang menyebabkan banyaknya anggota DPR yang
menginap di hotel Prodeo belakangan ini.
Guntur kehidupan juga terjadi dengan munculnya kekisruhan pada tatanan
masyarakat paling bawah: Antri pembagian uang derma hingga menyebabkan
orang-orang tua tewas sia-sia. Antri kompensasi subsidi BBM yang lebih mirip
seperti barisan kambing yang ingin disembelih. Tanpa disadari pembagian dana
itu sedang mendidik masa untuk bermental cengeng. Mudah mengeluh dengan
mengandalkan bantuan dari pihak lain. Padahal sebuah bangsa akan dapat maju
jika memiliki mental baja dalam menghadapi segala tantangan dengan berani dan
satria.
Kilatan guntur juga terjadi pada strata sosial yang lebih tinggi; yakni para
pejabat dan pemilik modal. Saling mencaci dengan tuduhan-tuduhan miring kepada
lawan politiknya. Pasang kuda-kuda tidak setuju terhadap segala macam intrik
dan kiat dari golongan pemenang. Semangat awal untuk membangun bangsa dan
negara tinggal slogan kosong tanpa ada pembuktiannya. Begitpula dengan golongan
yang mendapat prosentase suara sebanyak jari tangan. Menggeliat lincah mencari
kemungkinan paling menguntungkan untuk bergabung dengan golongan mana yang akan
memberikan manfaat paling besar. Layaknya seekor bunglon: Tempat menempelnya
warna hijau, ia akan berubah jadi hijau. Tempat pijakannya berwarna cokelat, ia
akan berubah menjadi cokelat. Maka idealisme yang mewarnai golongan
setengah-setengah itu mudah luntur walau hanya terpercik oleh air bekas cucian
saja.
Kilatan-kilatan ini tidak harus ditanggapi oleh masyarakat dengan kepanikan dan
ketakutan. Karena dengan adanya kilatan-kilatan ini sesungguhnya memberi tanda,
bahwa zaman akan berubah. Sebuah perubahan dari atmosfir kehidupan kelam
menjadi terang benderang secerah fajar. Bahwa tidak selamanya rakyat akan
menderita dengan bertenggernya manusia-manusia yang serakah dan otoriter.
Atmosfir kehidupan akan berganti kepada kesejukan, kepada kebaikan. Maka mari
kita tanamkan dalam raga kita, bahwa bangsa ini pasti akan menuju kepada sebuah
kemapanan sosial dan ekonomi secara nyata, menjadi bangsa yang ditakuti kepiawaiannya
oleh negara-negara lain, menjadi manusia yang memiliki mental untuk siap
berkorban demi kegemilangan bangsa. Tentu atmosfir ini dapat dicapai oleh
sebuah semangat kesatuan bangsa yang utuh, baik pada kepemimpinan maupun pada
individu-individu rakyat di dalamnya. Bukan dibina dengan motif
bergolong-golongan yang sudah terbukti hanya akan memperuncing perbedaan satu
golongan dengan golongan lainnya.
Layaknya bumi yang kering, ia akan basah oleh air dari langit, subur oleh
tetesan hujan yang terus-menerus. Tidak selamanya hari itu malam, ia akan
berubah menjadi siang pada saatnya. Tidak selamanya musim itu kemarau, ia akan
dibasahi oleh air hujan pada waktunya. Air kehidupan yang akan membesarkan
tanaman-tanaman yang pasti akan berbuah pada musimnya. Maka tirulah sikap para
petani yang terus giat bekerja untuk menjaga sawah dan kebunnya dari gangguan
hama dan cuaca yang tak bersahabat. Karena para petani yakin, bahwa dengan
adanya kilatan guntur, maka warna langit akan berubah menjadi gelap dipenuhi oleh
awan, ia akan menurunkan air hujan yang dibutuhkan, kemudian langit akan cerah
memberi harapan baru bagi makhluk yang ada di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar