
“Tuhan ada dimana-mana.”
Kalimat ini mungkin pernah diucapkan ketika bibir basah akan pujian-pujian
spiritual menyanjung ke mahakuasaan Nya terhadap alam semesta, diiringi
ketakjuban menyaksikan fenomena-fenomena yang mukjizati dan heroik. Ketika menoleh ke kanan, ada Tuhan. Ke kiri, ada
Tuhan. Bahkan ke setiap sudut mata memandang, ada Tuhan.
Tetapi kalimat ini akan cenderung berdampak normatif ketika kesadaran kita
diminta untuk membuktikannya. Apalagi jika profil Tuhan dimaknai dengan sebuah
Zat yang invisible, yang tak terlihat, maka akan semakin nisbi dalam mewujudkan
kalimat itu dalam kehidupan.
Alam adalah saksi yang membuktikan bahwa mereka adalah komponen hasil dari
rekayasa sebuah kekuatan berwujud multidimesi sebagai majikannya. Ia sering
disebut Tuhan oleh manusia, sebuah kekuatan absolut yang tak terbantahkan.
Mengapa tidak terbantahkan? Karena siapapun dia, jika melawan Nya, pasti akan
mengalami kehancuran.
Alam semesta beserta isinya sedang tunduk kepada sebuah sistim hidup yang
mengacu kepada keharmonisan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Planet dan bintang sedang mentaati sistim
(aturan main) yang berlaku atas dirinya. Hewan dan tumbuhan pun tidak kurang
kepatuhannya terhadap sistim tersebut. Setiap makhluk pada alam semesta sedang
taat kepada kekuatan absolut itu. Dengan kata lain Tuhan sedang aktif bekerja
pada setiap aktifitas makhluk, tanpa terkecuali.
Maka Tuhan tidak pernah memiliki pola yang berlawanan dengan hukum alam, karena
dalam hukum alam terdapat hukum-hukum Nya. Dan hukum alam adalah bagian dari
hukum Tuhan yang absolut, karena di dalamnya terdapat firman-firman Nya. Barang
siapa yang melawan alam, berarti ia sedang melawan firman-firman Nya.
Ketika kita menengadahkan kepala di malam hari melihat bulan yang terang,
disitu Tuhan ada sedang bekerja memantulkan sinar matahari pada bumi yang
gelap.
Melihat burung yang bisa terbang bak anai-anai, disitu Tuhan aktif menahan
burung dengan mengepakkan sayapnya agar tidak tertarik oleh gravitasi bumi.
Melihat hujan yang turun ke bumi, disitu ada Tuhan sedang mengkondensasi awan
menjadi air yang lebih berat dari udara sehingga jatuh ke bumi.
Bagaimana dengan manusia? Mereka pun harus tunduk terhadap hukum-hukum Nya.
Pencurian, Korupsi, Penyelewangan, Penindasan, Exclusivisme, merupakan
perbuatan yang melawan dengan hukum alam. Cepat atau lambat, perbuatan itu akan
menggandeng perbuatan-perbuatan lain yang melawan hukum alam dan bersifat
masif. Perbuatan-perbuatan itu sesungguhnya merupakan efek dari sebuah
ketidaktaatan manusia terhadap sistim yang mengatur dirinya. Maka adalah
sia-sia jika perjudian yang diberangus, narkoba di razia, sex bebas dikekang,
pencuri dipukuli, karena itu semua adalah efek dari sistim hidup yang salah,
yang mendewakan materialisme, bukan mengutamakan ketaatan kepada hukum Nya.
Demikian pula jika ada exclusivisme pada kelompok-kelompok agama yang
mengutamakan kelompoknya sendiri. Seolah-olah kelompoknya lah yang layak untuk
mendapat award sempurna (surga). Berkonvoi sambil mengumandangkan nyanyian dari
etnik tertentu dengan sikap arogan terhadap pengendara-pengendara lain. Merusak
toko-toko Miras kecil yang justru berlaku premanis dengan dalih penjaga agama.
Tuhan tidak pernah bekerja dalam agama tertentu. Tuhan tidak ada dalam agama
tertentu. Tetapi Ia mengapresiasi makhluk yang taat dengan konsep hidup yang
dirancang Nya. Sebuah pola hidup yang mengacu kepada alam.
Mengapa alam yang menjadi patron untuk dijadikan pelajaran? Karena dalam alam
terdapat aturan-aturan Tuhan yang harus diambil hikmahnya oleh manusia untuk
dapat menyelesaikan berbagai permasalahan. Agar manusia dapat menjadi makhluk
yang dapat memberi manfaat bagi siapapun, tidak terkecuali agama atau etnis
yang berbeda.
Jika manusia taat pada aturan Nya, maka seluruh makhluk akan gembira melayani
manusia sebagai sentral dari penciptaan, sebagai manajer dari alam semesta.
Tuhan menciptakan manusia agar siap memikul tugas sebagai pengawal
makhluk-makhluknya, bukan perusak alam dan isinya.
Jika manusia tidak mentaati Nya, maka alam akan enggan untuk bekerjasama dengan
manusia. Alam akan mengutuk manusia. Bumi akan mengeluarkan kandungan yang
menyusahkan manusia. Hewan akan mengeluarkan hormon adrenaline yang menjadi
racun bagi manusia yang memakannya. Padi akan tumbuh dengan bulir-bulir yang
hampa dan tidak dapat dimakan oleh manusia.
Tak ada satupun aktifitas manusia yang terlepas dari hukum alam. Tak ada satu
manusia yang luput dari pengamatan Tuhan. Setiap tindakan yang diambil manusia,
akan menyebabkan akibat yang sepadan dari alam. Karena Tuhan ada dimana-mana.
Maka, mengapa manusia masih mengatur manusia lain dengan caranya sendiri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar