09 April, 2013

“Tuhan ada dimana-mana.”





“Tuhan ada dimana-mana.” 
Kalimat ini mungkin pernah diucapkan ketika bibir basah akan pujian-pujian spiritual menyanjung ke mahakuasaan Nya terhadap alam semesta, diiringi ketakjuban menyaksikan fenomena-fenomena yang mukjizati dan heroik. Ketika menoleh ke kanan, ada Tuhan. Ke kiri, ada Tuhan. Bahkan ke setiap sudut mata memandang, ada Tuhan.
Tetapi kalimat ini akan cenderung berdampak normatif ketika kesadaran kita diminta untuk membuktikannya. Apalagi jika profil Tuhan dimaknai dengan sebuah Zat yang invisible, yang tak terlihat, maka akan semakin nisbi dalam mewujudkan kalimat itu dalam kehidupan.

Alam adalah saksi yang membuktikan bahwa mereka adalah komponen hasil dari rekayasa sebuah kekuatan berwujud multidimesi sebagai majikannya. Ia sering disebut Tuhan oleh manusia, sebuah kekuatan absolut yang tak terbantahkan. Mengapa tidak terbantahkan? Karena siapapun dia, jika melawan Nya, pasti akan mengalami kehancuran.

Alam semesta beserta isinya sedang tunduk kepada sebuah sistim hidup yang mengacu kepada keharmonisan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Planet dan bintang sedang mentaati sistim (aturan main) yang berlaku atas dirinya. Hewan dan tumbuhan pun tidak kurang kepatuhannya terhadap sistim tersebut. Setiap makhluk pada alam semesta sedang taat kepada kekuatan absolut itu. Dengan kata lain Tuhan sedang aktif bekerja pada setiap aktifitas makhluk, tanpa terkecuali. 

Maka Tuhan tidak pernah memiliki pola yang berlawanan dengan hukum alam, karena dalam hukum alam terdapat hukum-hukum Nya. Dan hukum alam adalah bagian dari hukum Tuhan yang absolut, karena di dalamnya terdapat firman-firman Nya. Barang siapa yang melawan alam, berarti ia sedang melawan firman-firman Nya.

Ketika kita menengadahkan kepala di malam hari melihat bulan yang terang, disitu Tuhan ada sedang bekerja memantulkan sinar matahari pada bumi yang gelap.

Melihat burung yang bisa terbang bak anai-anai, disitu Tuhan aktif menahan burung dengan mengepakkan sayapnya agar tidak tertarik oleh gravitasi bumi.

Melihat hujan yang turun ke bumi, disitu ada Tuhan sedang mengkondensasi awan menjadi air yang lebih berat dari udara sehingga jatuh ke bumi.

Bagaimana dengan manusia? Mereka pun harus tunduk terhadap hukum-hukum Nya. Pencurian, Korupsi, Penyelewangan, Penindasan, Exclusivisme, merupakan perbuatan yang melawan dengan hukum alam. Cepat atau lambat, perbuatan itu akan menggandeng perbuatan-perbuatan lain yang melawan hukum alam dan bersifat masif. Perbuatan-perbuatan itu sesungguhnya merupakan efek dari sebuah ketidaktaatan manusia terhadap sistim yang mengatur dirinya. Maka adalah sia-sia jika perjudian yang diberangus, narkoba di razia, sex bebas dikekang, pencuri dipukuli, karena itu semua adalah efek dari sistim hidup yang salah, yang mendewakan materialisme, bukan mengutamakan ketaatan kepada hukum Nya.

Demikian pula jika ada exclusivisme pada kelompok-kelompok agama yang mengutamakan kelompoknya sendiri. Seolah-olah kelompoknya lah yang layak untuk mendapat award sempurna (surga). Berkonvoi sambil mengumandangkan nyanyian dari etnik tertentu dengan sikap arogan terhadap pengendara-pengendara lain. Merusak toko-toko Miras kecil yang justru berlaku premanis dengan dalih penjaga agama. 
Tuhan tidak pernah bekerja dalam agama tertentu. Tuhan tidak ada dalam agama tertentu. Tetapi Ia mengapresiasi makhluk yang taat dengan konsep hidup yang dirancang Nya. Sebuah pola hidup yang mengacu kepada alam.

Mengapa alam yang menjadi patron untuk dijadikan pelajaran? Karena dalam alam terdapat aturan-aturan Tuhan yang harus diambil hikmahnya oleh manusia untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan. Agar manusia dapat menjadi makhluk yang dapat memberi manfaat bagi siapapun, tidak terkecuali agama atau etnis yang berbeda.

Jika manusia taat pada aturan Nya, maka seluruh makhluk akan gembira melayani manusia sebagai sentral dari penciptaan, sebagai manajer dari alam semesta. Tuhan menciptakan manusia agar siap memikul tugas sebagai pengawal makhluk-makhluknya, bukan perusak alam dan isinya. 

Jika manusia tidak mentaati Nya, maka alam akan enggan untuk bekerjasama dengan manusia. Alam akan mengutuk manusia. Bumi akan mengeluarkan kandungan yang menyusahkan manusia. Hewan akan mengeluarkan hormon adrenaline yang menjadi racun bagi manusia yang memakannya. Padi akan tumbuh dengan bulir-bulir yang hampa dan tidak dapat dimakan oleh manusia.

Tak ada satupun aktifitas manusia yang terlepas dari hukum alam. Tak ada satu manusia yang luput dari pengamatan Tuhan. Setiap tindakan yang diambil manusia, akan menyebabkan akibat yang sepadan dari alam. Karena Tuhan ada dimana-mana.
Maka, mengapa manusia masih mengatur manusia lain dengan caranya sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar